Swasta Dominasi OSN-K, Prestasi SMA Negeri Merosot

11

AMBON, BERITAKOTAAMBON.ID - Pelaksanaan Olimpiade Sains Nasional tingkat Kota (OSN-K) Ambon tahun 2025 yang diselenggarakan oleh Balai Pengembangan Talenta Indonesia (BPTI), mencatatkan dinamika baru dalam peta pendidikan di Kota Ambon.

Untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir, dominasi prestasi yang sebelumnya biasa diraih oleh sekolah negeri, mulai tergeser oleh sekolah-sekolah swasta. 

Capaian medali yang diraih SMA swasta secara signifikan mengungguli SMA negeri, menandai perubahan tren yang perlu menjadi perhatian serius.

Dari total 36 SMA yang ikut berpartisipasi dalam OSN-K tahun ini, hanya 14 sekolah yang berhasil meraih medali. 

Menariknya, sebagian besar medali justru diraih oleh sekolah swasta, dengan posisi puncak ditempati oleh SMA Kristen YPKPM yang memborong 16 medali, disusul SMA Negeri 1 Ambon dengan 12 medali, dan SMA PGRI 1 Ambon di posisi ketiga dengan 10 medali. Menyusul, SMA Xaverius meraih 7 medali, SMA Lab Unpatti 6 medali, serta SMAN 4 Ambon dan SMAN 12 Ambon yang masing-masing mengantongi 4 medali.

Salah satu sorotan utama adalah merosotnya prestasi SMA Siwalima, yang selama ini dikenal sebagai sekolah unggulan di bawah pendanaan pemerintah. Sekolah itu hanya mampu menempati posisi kesembilan, dengan raihan dua medali. Hasil tersebut dianggap mengecewakan, mengingat statusnya sebagai sekolah berbasis program unggulan nasional.

Pengawas Pendidikan Provinsi Maluku, Hanafi Saimima, menyebut kondisi ini sebagai alarm bagi SMA negeri di Kota Ambon.

Menurutnya, penurunan capaian ini bukan hanya angka statistik semata, tetapi juga cerminan dari tantangan yang dihadapi dalam manajemen, kualitas guru, dan semangat kompetisi di sekolah-sekolah negeri.

“Kalau kita lihat dari hasil capaian OSN-K Kota Ambon, dari 36 SMA yang ikut hanya 14 yang berhasil meraih medali, dan dominasi capaian justru datang dari sekolah swasta. Ini realitas yang tak bisa diabaikan,” ujar Saimima, Rabu (16/7).

Ia juga menyoroti penurunan prestasi di SMAN 11 Ambon, yang dinilai kehilangan taji sejak pergantian kepala sekolah dari Hilal Wattiheluw. “Setelah kepemimpinan berganti, sekolah itu tak lagi mencatatkan prestasi di ajang OSN. Ini harus jadi bahan evaluasi,” tambahnya.

Saimima menekankan bahwa dana dan status unggulan saja tidak cukup untuk menjamin prestasi. 

“Jadi ini pukulan keras bagi SMA Negeri lainnya. Sekolah swasta tidak bisa lagi dipandang sebelah mata. Mereka terbukti bisa bersaing bahkan mengungguli sekolah negeri,” tandasnya.

Ajang OSN-K sendiri merupakan tahap awal dari sistem seleksi berjenjang menuju OSN tingkat provinsi dan nasional. Diselenggarakan serentak di seluruh kota dan kabupaten di Indonesia, seleksi ini bertujuan menjaring peserta terbaik dari 38 provinsi untuk menjadi bagian dari tim nasional yang mewakili Indonesia di ajang internasional.

Dengan hasil tahun ini, sejumlah sekolah swasta di Ambon kini berpeluang besar mengirimkan siswa-siswinya ke tingkat provinsi, bahkan nasional. Sementara SMA Negeri dituntut untuk melakukan refleksi mendalam dan pembenahan menyeluruh agar tidak tertinggal lebih jauh di tahun-tahun mendatang.

“Prestasi bukan soal status, tapi hasil kerja keras, strategi pembinaan, dan dukungan nyata dari semua pihak—baik sekolah, orang tua, maupun pemerintah,” pungkas Saimima.(RHM)