Tambang Gunung Botak Kembali Makan Korban

147

AMBON, BERITAKOTAAMBON.ID - Tambang emas illegal Gunung Botak, Kabupaten Buru, kembali memakan korban jiwa, Sabtu (8/3).

Sedikitnya, tujuh warga meninggal dunia dan enam lainnya terluka akibat tertimbun material longsor di areal kapuran tambang, Desa Persiapan Wansait, Kecamatan Waelata, kabupaten Buru.

Warga yang meninggal dunia maupun terluka, semuanya merupakan penambang emas illegal.

Dari tujuh warga yang meninggal dunia, lima diantaranya merupakan warga Provinsi Maluku Utara, yakni, Isra (51) bersama istrinya Sarbia (49) dan anak mereka Iman (8). Ketiganya merupakan warga Malifut kabupaten Halmahera Timur. Selain itu, Badrun (41) dan Asni, merupakan warga Desa Tahane, Pulau Makean-Ternate.

Kelima penambang emas illegal warga Provinsi Maluku Utara itu telah dipulangkan ke provinsi asal menggunakan speedboat milik Pemda Buru.

"Kelima korban tersebut telah dievakuasi ke Maluku Utara menggunakan speedboat milik Pemda Buru," kata Kapolres Buru, AKBP Sulastri Sukidjang.

Dua korban meninggal lainnya, yakni, Hendra (59) dan Sudin (41). Keduanya merupakan warga Desa Dava, kecamatan Waelata, Buru.

"Kedua korban sudah dimakamkan di TPU desa Dava," tambah Kapolres.

Sementara korban luka-luka, yaitu, Awi (40) warga Desa Debowae, kecamatan Waelata. Korban mengalami patah tangan kiri, pinggang kiri dan dirawat di Puskesmas Perawatan Waekasar.

Korban lainnya biasa dipanggil Anak Beta (27), warga Desa Dava. Korban mengalami luka pada tangan kiri dan sementara  Pulang ke Desa Oki Lama, kecamatan Namrole, Kabupaten Buru Selatan. Ia melakukan pengobatan tradisional (urut).

Empat korban lainnya, yaitu, Dedi Putabuga (39), mengalami trauma akibat tertimbun material tanah. Gio Putabuga (38), mengalami sakit pada bagian rahang dan mulut akibat tertimpa tanah longsor. Ali Putabuga (27), mengalami luka-luka pada kaki kiri. Ecan Putabuga (28), patah kaki kiri. 

"Ke empat korban patah dan luka-luka ini berasal dari Kota Mobagu, Provinsi Sulawesi Utara dan saat ini sementara dirawat oleh keluarga di Desa Dava," ungkapnya.

Kapolres mengatakan, berdasarkan keterangan saksi Ikram Boko yang sementara membantu istrinya memasak di warungnya, dia mendengar suara air mengalir deras dari tebing lokasi longsor.

Mendengar bunyi air, saksi keluar warung dan melihat tanah longsor sedang terjadi. Terlihat material tanah dan batu menghantam lokasi tenda-tenda para penambang.

"Setelah dilakukan penggalian di lokasi longsor, beberapa korban yang tertimbun berhasil di evakuasi langsung di arak menuju ke Desa Dava, tepatnya di Masjid Nurul Iman untuk dilakukan proses pemakaman dan sebelum diberangkatkan ke Ternate," jelasnya.  

Kapolres mengatakan, tanah longsor terjadi akibat curah hujan tinggi yang terjadi di areal tersebut. 

"Dimungkinkan korban akan bertambah, karena menurut informasi yang diperoleh dari saksi bahwa lokasi terjadinya longsor  ada beberapa tenda penambang yang ikut tertimbun material tanah longsor," katanya.

Kapolres mengaku, hingga saat ini belum dapat dilakukan olah TKP karena kondisi tanah yang masih labil. "Kemungkinan besok baru akan dilakukan olah TKP tergantung situasi yang ada," pungkasnya.(SAD)